Senin, 11 April 2011

Wasiat Tentang Salat


Wasiat Tentang Salat
Dikutip dari Majmû’ Washôyâ

Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr Al-Jufri
Segala puji bagi Allah yang Baqa’1 dan Qidam2, Yang Maha Pemurah, penolak segala bencana, dan pemberi berbagai karunia.  Ia menciptakan kita dari tiada, dan memelihara kita sejak dalam kegelapan rahim kemudian menuntun kita ke jalan yang paling benar.
Segala puji bagi Allah.  Betapa banyak nikmat telah Ia berikan kepada kita!  Betapa banyak kebaikan telah Ia curahkan kepada kita, kemudian Ia memberi kita pahala atas kebaikan-Nya itu dan melipat- gandakannya!  Dan betapa banyak cela dan aib kita telah disembunyikan dan dirahasiakanNya.      
Sesungguhnya pujian yang kusampaikan ini adalah nikmat terbesar yang Ia berikan kepadaku. Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya.  Kesaksian yang akan membentengi diriku dari segala kesulitan saat di Mahsyar3 nanti.  Dan aku juga bersaksi, bahwa sesungguhnya Sayidina Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, manusia yang paling utama dalam memikul risalah dan segenap bebannya.  Semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam kepadanya, kepada keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang menempuh jalan petunjuknya, serta mereka yang nasabnya bersambung kepadanya selama mereka masih menyadari nikmat Allah, serta merasa malu dan berinabah kepada-Nya.           
Amma Ba’du
Ketika kusadari bahwa diriku dan sebagian besar penduduk kotaku merasa malas untuk salat, tidak mau salat berjamaah, tidak berlomba-lomba untuk beramal saleh, tidak mendekatkan diri kepada Allah, dan suka memboroskan waktu dalam kebatilan yang membingungkan akal sehat manusia, maka aku ingin memberikan peringatan sesuai dengan pengetahuan yang telah diajarkan Allah Yang Maha Tahu dan Mengerti.
Kuakui bahwa diriku penuh kekurangan, namun nasihat ini kusampaikan dengan harapan Allah akan menyadarkan dan membukakan pintu kepada siapa pun yang mau mendengarnya, sehingga ia bersedia mencurahkan segenap tenaganya untuk mempersiapkan diri menghadapi hari hisab, memahami keagungan nikmat Allah, memohon ampun dan berinabah kepada-Nya.   
Segala puji bagi Allah.  Betapa banyak nikmat telah Ia berikan kepada kita.  Betapa banyak kebaikan telah Ia karuniakan kepada kita.  Betapa banyak keburukan telah Ia hindarkan dari kita.  Alangkah beruntung orang yang menjawab panggilan-Nya.  Betapa celaka orang yang berpaling dari pintu-Nya lalu bermaksiat kepada-Nya.  Alangkah besar musibah yang ia alami!  Alangkah jelas kerugian yang akan ia derita di hari ketika Allah menampakkan semua yang ia sembunyikan dan rahasiakan, saat kaki dan tangannya menjadi saksi atas semua keburukan yang telah dilakukannya.    
Hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya.  Setiap orang dari mereka pada hari itu memiliki urusan yang sangat menyibukkannya. 
(QS Abasa, 80:34-37)         
Hari yang penuh dengan tangis dan air mata karena keburukan yang selama ini disembunyikan, ditampakkan oleh Allah di hadapan seluruh makhluk yang menghuni bumi dan langit.  Hari saat manusia di hadapkan kepada Allah Yang Maha Perkasa.  Hari ketika alasan tak lagi berguna.           
Saudara-saudaraku, kinilah saat berbekal bagi musafir yang berjalan menuju akhirat.  Inilah saat untuk meraih keuntungan bagi orang yang melakukan perdagangan.  Bersiap-siaplah untuk pindah, karena tidak ada jalan untuk menetap di tempat ini.  Bagaimana mungkin kita terus menetap di sini!?  Bukankah telah kalian lihat orang-orang tua kalian satu demi satu meninggalkan dunia.  Apakah orang yang menyaksikan semua ini masih menginginkan bukti lagi?!  Bersegeralah sebelum hari yang panjang menyambut kalian, sebelum kalian beristirahat di tempat yang sangat buruk, sebelum kalian menangis dan meratap menghadapi bencana besar, hisab yang berat, perhitungan dari hal-hal yang paling kecil sampai pada yang paling penting.  Saat itu kalian akan mendapati amal baik kalian, dan menyesali segala yang telah kalian sia-siakan.  Di hari itu penyesalan tidak bermanfaat; alasan tidak didengar.  Karena itu, manfaatkanlah waktu yang singkat ini.  Bangkitlah, bulatkan tekad kalian, curahkan segenap tenaga, dan perbaikilah semua yang telah kalian telantarkan.          
Saudara-saudara rahimakumullah, ketahuilah bahwa sesungguhnya bencana yang dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian masyarakat pada salat lima waktu, salat Jumat dan salat jamaah, padahal semua itu adalah ibadah-ibadah yang dengannya Allah meninggikan derajat dan menghapuskan dosa-dosa maksiat.  Dan salat adalah cara ibadah seluruh penghuni bumi dan langit.       
Rasulullah SAW bersabda:           Langit merintih dan memang ia pantas merintih, karena pada setiap tempat untuk berpijak terdapat malaikat yang bersujud atau berdiri (salat) kepada Allah Azza Wa Jalla.  (HR Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Orang yang meninggalkan salat karena dilalaikan oleh urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya.  Ia dibenci oleh Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka jahim, atau kembali ke neraka hawiyah, dilaknat oleh Allah, dan terusir dari bumi dan langit.  Ia melelahkan malaikat pencatat keburukan.  Tempat tinggal dan tempat kembalinya menjadi sempit.  Ia dilaknat dan dicaci-maki oleh rumahnya.  Pakaian yang menempel di tubuhnya mengumpatnya: Wahai musuh Allah, andaikan Allah tidak menundukkan aku untukmu aku tak akan sudi menempel ditubuhmu!  Kamu memakan rezeki Allah namun mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah digariskan-Nya!     
Dengarkanlah nasihatku tentang nasib orang yang meninggalkan salat, baik semasa hidup maupun setelah meninggal.  Sesungguhnya Allah merahmati orang yang mendengarkan nasihat kemudian memperhatikan dan mengamalkannya.
Allah SWT berfirman:Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman. (QS An-Nisa`, 4:103)       
Abu Hurairah RA meriwayatkan, “Setelah Isya’ aku bersama Umar bin Khottob RA pergi ke rumah Abu Bakar AsShiddiq RA untuk suatu keperluan.  Sewaktu melewati pintu rumah Rasulullah SAW, kami mendengar suara rintihan.  Kami pun terhenyak dan berhenti sejenak.  Kami dengar beliau menangis dan meratap.           
‘Ahh..., andaikan saja aku dapat hidup terus untuk melihat apa yang diperbuat oleh umatku terhadap salat.  Ahh..., aku sungguh menyesali umatku.’          
‘Wahai Abu Hurairah, mari kita ketuk pintu ini,’ kata Umar RA.        
Umar kemudian mengetuk pintu. ‘Siapa?’ tanya Aisyah RA. ‘Aku bersama Abu Hurairah.’      
Kami meminta izin untuk masuk dan ia mengizinkannya.  Setelah masuk, kami lihat Rasulullah SAW sedang bersujud dan menangis sedih, beliau berkata dalam sujudnya:    
“Duhai Tuhanku, Engkau adalah Waliku bagi umatku, maka perlakukan mereka sesuai sifat-Mu dan jangan perlakukan mereka sesuai perbuatan mereka.”           
‘Ya Rasulullah, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.  Apa gerangan yang terjadi, mengapa engkau begitu sedih?’          
‘Wahai Umar, dalam perjalananku ke rumah Aisyah sehabis mengerjakan salat di mesjid, Jibril mendatangiku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, Allah Yang Maha Benar mengucapkan salam kepadamu,’ kemudian ia berkata, ‘Bacalah!’    
‘Apa yang harus kubaca?’
‘Bacalah:Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS Maryam, 19:59)           
‘Wahai Jibril, apakah sepeninggalku nanti umatku akan mengabaikan salat?’    
‘Benar, wahai Muhammad, kelak di akhir zaman akan datang sekelompok manusia dari umatmu yang mengabaikan salat, mengakhirkan salat (hingga keluar dari waktunya), dan memperturutkan hawa nafsu.  Bagi mereka satu dinar lebih berharga daripada salat.”        
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA.         
Allah SWT berfirman:“Mereka tidak berhak memperoleh syafaat kecuali orang yang telah mengikat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pengasih.  (QS Maryam, 19:87)          
Dalam menafsirkan ayat di atas Rasulullah SAW bersabda bahwa yang dimaksud dengan mengikat perjanjian adalah mengerjakan salat lima waktu.       
Rasulullah SAW bersabda:           Setelah tauhid, Allah tidak mewajibkan kepada hamba-Nya suatu (amalan) yang lebih Ia sukai daripada salat.  Andaikan Allah lebih mencintai suatu (amalan) selain salat, tentu para malaikat-Nya — yang di antara mereka ada yang ruku’, sujud, berdiri dan duduk — akan beribadah kepada-Nya dengan (amalan) itu.     
Dikatakan bahwa di langit terdapat sejumlah malaikat yang selalu mengerjakan salat.  Mereka dijuluki sebagai pembantu Allah Yang Maha Pengasih (khoddaamur Rahman).  Para malaikat itu membanggakan salatnya kepada malaikat-malaikat yang lain.       
Juga dikatakan bahwa jika seorang mukmin mengerjakan salat dua rakaat, maka 10 shof malaikat, yang setiap shofnya terdiri dari 10.000 malaikat, akan merasa takjub melihatnya.  Demikianlah Allah membanggakan orang yang salat kepada 100.000 malaikat.           
Orang yang mengerjakan salat adalah makhluk pilihan Allah, pewaris surga-Nya, akan selamat dari negeri kemurkaan dan terhindar dari kutukan-Nya.  Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang khusyu’ dalam salat.          
Abu Darda` berkata, “Hamba Allah yang terbaik adalah yang memperhatikan matahari, bulan dan awan untuk berdzikir kepada Allah, yakni untuk mengerjakan salat.”        
Diriwayatkan pula bahwa amal yang pertama kali diperhatikan oleh Allah adalah salat.  Jika salat seseorang cacat, maka seluruh amalnya akan ditolak.          
Rasulullah SAW bersabda:           “Wahai Abu Hurairah, perintahkanlah keluargamu untuk salat, karena Allah akan memberimu rezeki dari arah yang tidak pernah kamu duga.”
Atha’ Al-Khurasaniy berkata, “Sekali saja seorang hamba bersujud kepada Allah di suatu tempat di bumi, maka tempat itu akan menjadi saksinya kelak di hari kiamat.  Dan ketika meninggal dunia tempat sujud itu akan menangisinya.”    
Rasulullah SAW bersabda:“Salat adalah tiang agama, barang siapa menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama, dan barang siapa merobohkannya, maka ia telah merobohkan agama. (HR Baihaqi).       
Barang siapa meninggalkan salat dengan sengaja, maka ia telah kafir.” (HR Bazzar dari Abu Darda`)
“Barang siapa bertemu Allah sedang ia mengabaikan salat, maka Allah sama sekali tidak akan mempedulikan kebaikannya.”  (HR Thabrani)   
“Barang siapa meninggalkan salat dengan sengaja, maka terlepas sudah darinya jaminan Muhammad.”  (HR Ahmad dan Baihaqi) 
“Allah telah mewajibkan salat lima waktu kepada hambaNya.  Barang siapa menunaikan salat pada waktunya, maka di hari kiamat, salat itu akan menjadi cahaya dan bukti baginya.  Dan barang siapa mengabaikannya, maka ia akan dikumpul-kan bersama firaun dan Haman.” (HR Ibnu Hibban dan Ahmad)          .
Diriwayatkan bahwa, ketika Jibril AS turun berjumpa Nabi SAW, ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal saleh orang yang meninggalkan salat.  Ia dilaknat di dalam Taurat, Injil, Zabur dan Furqon (Quran).  Wahai Muhammad, demi Yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan salat setiap hari memperoleh 1000 laknat dan murka.  Para malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.  Wahai Muhammad, orang yang meninggalkan salat tidak memperoleh minuman dari haudh (telaga), tidak mendapat syafaatmu, dan ia tidak termasuk dalam umatmu.  Ia tidak berhak: dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum, ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah.  Tempatnya kelak adalah dasar neraka yang paling dalam bersama orang-orang munafik. Siksanya akan dilipatgandakan.  Dan di hari kiamat, ia akan datang dengan tangan terikat dilehernya.  Para malaikat memukulinya.  Pintu neraka jahanam akan dibukakan baginya dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala lebih dahulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman di dasar neraka yang paling dalam.         
Sewaktu orang yang tidak salat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, “Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah, namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya.”          
Pakaian yang ia kenakan melepaskan diri dari jasadnya dan berkata, “Andaikan Allah tidak menundukkanku untukmu tentu aku telah lari meninggalkanmu.”
Sewaktu ia pergi, rumahnya berkata, “Semoga Allah tidak menemanimu dalam perjalanan, tidak menjaga hartamu, dan tidak memulangkanmu kepada keluargamu dalam keadaan selamat.”4          
Ia akan mati sebagai Yahudi dan dibangkitkan sebagai Nasrani.    
Imam Sya’rawi dalam Al-‘Uhud berkata, “Kita telah terikat dalam perjanjian umum dengan Rasulullah SAW untuk menjelaskan keutamaan salat lima waktu serta keutamaan orang yang menunaikannya kepada para petani, kaum awam, dan orang-orang bodoh yang meninggalkan salat.”
Beliau lebih menekankan masalah salat sebagaimana Allah dan rasul-Nya.      
Banyak kaum fakir miskin dan penuntut ilmu yang telah melupakan salat.  Saat ini kalian melihat para penuntut ilmu bergaul dengan orang yang meninggalkan salat, baik itu anaknya, pembantunya, temannya, atau pun lainnya.  Ia makan dan tertawa bersama mereka.  Mempekerjakan mereka dalam perdagangan, pembangunan dan usaha-usaha lain.  Mereka sama sekali tidak pernah menjelaskan tentang dosa orang yang meninggalkan salat dan tentang pahala orang yang mengerjakannya.  Sikap ini termasuk hal-hal yang dapat merobohkan tiang-tiang agama.   
Karena itu, wahai saudaraku, terangkanlah kepada orang-orang bodoh itu kewajiban agama yang telah mereka tinggalkan, jika tidak, maka kalianlah yang pertama kali akan dibakar oleh api neraka, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis sahih.  Mengapa?  Karena kalian masuk dalam kategori orang-orang yang mengetahui, namun tidak mengamalkan ilmunya, meskipun dalam masyarakat kamu tidak dipandang sebagai orang yang faqih.          
Saudara-saudaraku, ketahuilah, bahwa sebagaimana bencana itu turun ke setiap tempat yang penghuninya meninggalkan salat, maka ia pun akan diangkat dari setiap tempat yang penghuninya mengerjakan salat. 
Saudara-saudaraku, jangan sekali-kali kalian menganggap mustahil terjadi gempa bumi, bencana, dan musnahnya suatu daerah yang penghuninya meninggalkan salat.  Jangan pula kalian berkata, “Kami telah mengerjakan salat, maka kami tak akan terkena musibah yang menimpa mereka yang meninggalkan salat.”         
Sesungguhnya, jika bencana diturunkan ke suatu negeri, ia akan menimpa semua penduduknya: yang saleh maupun durhaka. Sebab, penduduk yang saleh tidak menyeru kepada kebaikan, tidak mencegah kemungkaran, dan tidak memutuskan hubungan dengan mereka karena Allah.  Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.   
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya, “Katakanlah:            
Ya Allah, jangan jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.     
Kemudian beliau bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang yang celaka dan diharamkan dari kebaikan?”     
“Siapa, ya Rasulullah?”     
“Orang yang meninggalkan salat,” jawab beliau.         
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bazzar, (pent. ketika Mi’roj) Nabi SAW mendapati kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka.  Setiap kali kepala mereka pecah, kepala itu segera kembali utuh seperti semula.  Demikianlah mereka melakukan pekerjaan itu berulang kali.  Beliau bertanya kepada Jibril:           
“Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”  “Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mengerjakan salat,” jawab Jibril.
Abu Ya’la meriwayatkan dari Mus‘ab bin Sa’d dengan sanad hasan, beliau berkata:  “Wahai ayahku, aku mendapati firman Allah SWT:          
Orang-orang yang lalai dari salatnya.  (QS Al-Ma’un, 107:5)  Siapakah manusia yang bisa benar-benar khusyu’?  Siapakah manusia yang mampu tidak berbicara dengan dirinya sewaktu salat?”     
“Bukan begitu, yang dimaksud ayat itu adalah orang-orang yang menunda-nunda salat hingga keluar dari waktunya,” jelas ayahnya.
Diriwayatkan bahwa di neraka jahanam ada suatu lembah yang bernama Wail.  Andaikan semua gunung yang ada di dunia dijatuhkan ke dalamnya, maka gunung-gunung itu akan meleleh karena panasnya yang sangat dahsyat.  Wail tersebut adalah tempat bagi orang-orang yang meremehkan dan suka mengakhirkan salat (hingga keluar dari waktunya).  Kecuali jika mereka bertaubat kepada Allah SWT, dan menyesali apa yang telah mereka lakukan.           
Diriwayatkan pula, bahwa seorang wanita Israil datang menemui Nabi Musa AS.          
“Wahai utusan Allah, Aku telah berbuat dosa, namun aku telah bertobat kepada Allah SWT.  Doakanlah agar Allah mengampuni dan menerima tobatku!” pinta wanita itu   
“Apakah sebenarnya dosamu itu?” tanya Nabi Musa AS.      
“Wahai nabiyullah, aku telah berzina, dan anak hasil perzinaan itu kubunuh.”    
“Enyahlah kau, wahai orang durhaka, jangan sampai api turun dari langit membakar kami karena perbuatan burukmu.”         
Wanita itu lalu keluar meninggalkan Nabi Musa dengan hati hancur.       
Malaikat Jibril AS lalu turun dan berkata, “Wahai Musa, tahukah kamu orang yang lebih buruk darinya?”           
“Orang yang meninggalkan salat,” jawab Musa AS.     
Seorang salaf menguburkan saudara perempuannya yang wafat.  Tanpa sepengetahuannya, kantong uangnya yang berisi beberapa dirham terjatuh ke liang kubur. Setibanya di rumah, ia baru menyadari bahwa kantong uangnya telah hilang.  Ia pun lalu kembali kekuburan. Saat itu para pelayat telah pulang. Ia mulai menggali kuburan yang masih baru itu. Belum berapa dalam galian itu, tiba-tiba menyemburlah kobaran api dari dalam kubur. Ia segera menutup kembali kuburan itu dengan tanah.  Dengan perasaan sedih, ia pulang ke rumah menemui ibunya.     
“Ibu, ceritakanlah apa yang dilakukan saudariku semasa hidupnya?”       
“Mengapa kau tanyakan hal ini?” tanya sang ibu penasaran.          
“Dari dalam kuburnya keluar kobaran api, Bu!”            
Mendengar ini, sang ibu menangis.
“Anakku, dulu saudarimu sering melalaikan dan mengakhirkan salat hingga keluar dari waktunya,” jelas ibunya.            
Al-‘Amiri, dalam kitabnya, Bahjah, setelah menyebutkan tata cara salat khauf, ia menulis, “Salat khauf ini merupakan dalil paling kuat yang menjelaskan bahwa tidak ada keringanan untuk meninggalkan atau merubah waktu salat dari yang telah ditentukan.  Sebab, jika boleh, tentu para mujahid yang memerangi musuh-musuh Islam bersama Rasulullah SAW lebih berhak melakukannya. Karena alasan inilah maka salat berbeda dengan semua ibadah yang lain. Kewajiban ibadah lain gugur jika ada udzur5.  Ibadah lain juga memiliki keringanan, bahkan kadang kala ada penggantinya6 (niyaabaat). Orang yang meninggalkan kewajiban-kewajiban lain tidak wajib dibunuh, tetapi orang yang meninggalkan salat karena malas, ia dapat dikenai hukum had, dibunuh, dan darahnya halal7. Kewajiban salat ini bergantung pada kekuatan akal, bukan pada kekuatan fisik. Dalilnya: Orang yang tidak mampu mengerjakan salat dengan berdiri, ia boleh mengerjakannya dengan duduk, jika tidak mampu duduk, ia boleh melakukannya dengan berbaring pada sisi kanan tubuh, jika tidak mampu, maka boleh dilakukan dengan telentang dan isyarat mata.  Karena semua inilah maka salat disamakan dengan iman yang tidak bisa hilang begitu saja.         
Rasulullah SAW bersabda: “Batas seorang hamba dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan salat.  (HR Muslim)         
“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah salat, barang siapa meninggalkan salat maka ia telah kufur.  (HR Turmudzi, dan menurutnya sahih)            
Andaikan ada seorang yang telah berihram; ia datang dari daerah yang sangat jauh; telah berusaha keras untuk mencapai Arofah sebelum terbitnya fajar malam Nahr; dan saat itu ia belum menunaikan salat Isya; sedangkan, apabila waktu yang tersisa digunakan untuk mengerjakan salat Isya, ia akan kehilangan hajinya, maka menurut para ulama, orang ini tidak boleh meninggalkan salat, dan tidak boleh pula mengerjakannya seperti salat khauf. Demikianlah menurut pendapat yang paling benar. Sebab, salat lebih utama daripada haji, dan waktu haji cukup luas, yakni sepanjang umur manusia.”            
Masyarakat sangat mencela orang yang tanpa udzur membatalkan puasa di bulan Ramadhan, namun mereka tidak mencela orang yang meninggalkan salat, padahal ancaman hukumannya lebih berat.  Mereka mencela orang yang meninggalkan salat Jumat, namun tidak mencela orang yang meninggalkan salat berjamaah, padahal kedua persoalan itu mempunyai kedudukan yang sama. Sepantasnya orang yang meninggalkan salat dijauhkan dari mesjid-mesjid kaum muslimin, dan diasingkan dari pertemuan-pertemuan mereka yang mulia, serta muwakalah8 dan munakahahnya9 dianggap hina.  Disamping itu, ia juga harus dinasihati dan diberi penjelasan bahwa perbuatannya itu amat buruk dan darahnya dapat menjadi mubah. Diharapkan dengan cara ini, ia menjadi sadar, dan kembali mengerjakan salat. Sesungguhnya dari Allahlah datangnya taufik.  
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa memelihara salat, Allah akan memuliakannya dengan lima hal:
  1.  Dihindarkan dari kesempitan hidup.
  2.  Diselamatkan dari siksa kubur.
  3.  Dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab
       catatan amal dengan tangan kanan.
  4.  Dapat melewati jembatan (shirath) secepat kilat.   5.  Dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.  
Dan barang siapa meremehkan salat, Allah akan menyiksanya dengan 15 siksaan, yaitu 6 siksaan dalam kehidupan di dunia, 3 siksaan ketika meninggal, 3 siksaan di alam kubur, dan 3 siksaan saat bertemu Tuhannya di mahsyar.  
Adapun 6 siksaan yang ditimpakan di dunia adalah:
  1.  Dicabut keberkahan umurnya.
  2.  Dihapus tanda kesalehan dari wajahnya.
  3.  Tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang
       dilakukannya.
  4.  Tidak diangkat ke langit doanya.
  5.  Tidak memperoleh bagian doa kaum sholihin.
  6.  Tidak beriman ketika ruh dicabut dari tubuhnya.  

Adapun 3 siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah:
  1.  Mati secara hina.
  2.  Mati dalam keadaan lapar.
  3.  Mati dalam keadaan haus. Andaikata diberi minum
      sebanyak lautan di bumi, ia tak akan merasa
      puas.

Adapun 3 siksaan yang dilaksanakan di dalam kubur ialah:
  1.  Kubur menghimpit orang itu hingga tulang-tulangnya berantakan.
  2.  Kuburnya dibakar.  Sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelejatan menahan panas.
  3.  Dalam kubur ia diserahkan kepada seekor ular yang bernama As-Syuja’ul ‘Aqra’.  Kedua mata ular itu berujud api dan kukunya berupa besi.  Panjang kukunya adalah sepanjang satu hari perjalanan.  Ia akan mengenalkan diri kepada si mayit, “Aku adalah As-Syuja’ul Aqra’,” suaranya menggeledek, “Aku diperintahkan Allah SWT untuk menyiksamu, karena kau mengundurkan salat subuh hingga terbit matahari, mengundurkan salat Dhuhur hingga Ashar, mengundurkan salat Ashar hingga Maghrib, mengundurkan salat Maghrib hingga Isya’, serta mengundurkan salat Isya hingga Subuh.”   
Setiap kali ular itu memukul, tubuh si mayit melesak 70 hasta10 ke dalam bumi.  Ia disiksa di dalam kuburnya hingga hari kiamat.  Di hari kiamat nanti pada wajahnya tertulis tiga baris kalimat: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputusasalah kamu dari rahmat-Nya.            
Tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Tuhannya adalah:

  1.  Ketika langit terbelah, malaikat menemuinya dengan membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya, kemudian memasukkan ujung rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya.  Kadangkala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya.  Sang malaikat berkata, “Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.”     Ibnu Abbas RA berkata andaikata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.
 2.  Allah tidak memandangnya.
 3.  Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh
siksa yang amat pedih.      
Diriwayatkan bahwa di neraka jahanam ada sebuah lembah yang bernama Lamlam.  Lembah itu dihuni oleh ular-ular yang tubuhnya segemuk leher onta dan sepanjang perjalanan sebulan. Ia akan menggigit orang yang tidak mengerjakan salat, dan bisanya akan mendidih selama 70 tahun untuk melumatkan daging orang itu.     
Dalam berbagai hadis sebelumnya telah dijelaskan bahwa orang yang meninggalkan salat menjadi kafir dan musyrik, tidak mendapat jaminan dari Allah dan rasul-Nya, terhapus amalnya, dan ia menjadi kehilangan agama dan iman.  Banyak sahabat, tabi‘in dan orang-orang setelah mereka yang berpendapat demikian, mereka berkata bahwa barang siapa dengan sengaja meninggalkan salat hingga keluar dari waktunya, maka ia telah kafir dan darahnya halal.  Kelompok sahabat yang berpendapat demikian adalah Umar, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabal, Abu Hurairah, Ibnu Mas‘ud, Ahmad bin Hambal, Ishak bin Rahawaih, Abdullah bin Mubarak, An-Nakhai, Hakam bin Uyainah, Abu Ayyub As-Sakhtiyani, Abu Dawud At-Thoyalisi, Abu Bakar bin Abu Syaibah, Zuhair bin Harb dan lain-lainnya.  Mereka mengatakan bahwa siapa saja meninggalkan salat, maka ia telah kufur, dan halal darahnya.  Ibn Nashr mengatakan bahwa sejak zaman Nabi SAW orang-orang yang berilmu berpendapat, bahwa orang yang meninggalkan salat tanpa udzur hingga keluar waktunya, maka ia telah kufur.”
Wahai saudara-saudaraku, kurasa hadis-hadis yang berkaitan dengan orang yang meninggalkan salat di atas telah cukup bagimu.  Sebenarnya dengan berpaling dari Tuhannya saja orang itu sudah cukup merugi.  Sebab, Allah telah menciptakan dan membentuk manusia dalam sebaik-baik bentuk, kemudian menumbuhkan, memelihara, memberinya makan dan minum, menunjukkan jalan keselamatan, dan memperingatkan dari tipu daya musuh-musuhnya.  Bagaimana seorang hamba yang lemah dan hina ini bermaksiat kepada Tuhannya yang Maha Pemurah, dan kemudian menaati setan terkutuk yang menjerumuskannya ke dalam jurang kehancuran?!  Sungguh celaka orang yang mengikuti dan  memenuhi panggilan setan, melanggar perintah Tuan dan Majikannya yang selalu mengajak kepada kebaikan, Maha Kuasa untuk memberinya manfaat dan mencelakakannya. Alangkah buruk perbuatannya!  Alangkah besar bencana yang menimpanya!  Alangkah tidak menyenangkan pagi dan sore harinya.  Alangkah buruk lahir dan batinnya.       
Oleh karena itu, wahai saudara-saudaraku, semoga Allah merahmatimu, jika muadzin menyerukan adzan, bersegeralah untuk menaati Allah Yang Maha Pengasih. Waspadalah, jangan sampai setan melalaikan dan membuatmu malas dan menunda-nunda salatmu, karena sesungguhnya perbuatan itu akan menjadikanmu hina dan merugi.
Abu Hurairah RA berkata, “Memenuhi telinga anak cucu Adam dengan cairan timah panas lebih baik daripada jika ia mendengar adzan, namun tidak menjawab panggilannya.”         
Rasulullah SAW bersabda tentang tafsir firman Allah SWT: Bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu. 
(QS Ali-Imran, 3:133)         
Ampunan yang dimaksud adalah takbiratul ihram yang diucapkan seiring dengan takbiratul ihram imam.            
Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, semoga Allah memberi kalian taufik dan hidayah, sesungguhnya kalian wajib memerintahkan isteri dan anak-anak kalian untuk menunaikan dan memelihara salat, karena anggota keluarga kalian adalah amanat yang dititipkan Allah kepada kalian.  Allah SWT berfirman:        
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan rasul-Nya, dan janganlah kalian mengkhianati pula amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian sedangkan kalian mengetahui.”  (QS Al-Anfal, 8:27)            
Rasulullah SAW bersabda: “Allah, Allah (hati-hati) terhadap wanita, karena sesungguhnya mereka adalah amanat (yang dipercayakan Allah) kepada kalian.”     
Barang siapa tidak memerintahkan dan mengajar isterinya mengerjakan salat, maka ia telah mengkhianati Allah dan rasulNya.  Ia berhak disiksa dan diberi balasan paling buruk.  Ia termasuk ke dalam kelompok orang celaka yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW tentang lima orang yang dimurkai Allah, dan mereka akan menghuni neraka.  Salah satu di antara orang yang dimurkai Allah adalah orang yang tidak memerintahkan isteri dan anak-anaknya untuk mengerjakan salat.  
Seorang yang tercerahkan (munawwar) bermimpi melihat Rasulullah SAW bersabda, “Isteri-isteri keluarga fulan telah diceraikan.”  Kemudian beliau SAW menyebutkan nama kaum wanita yang meninggalkan salat.          
Mimpi ini sesuai dengan madzhab Imam Ahmad yang mengatakan bahwa orang yang meninggalkan salat telah kufur, dan akad nikahnya batal.  Camkanlah sabda Rasulullah SAW dalam mimpi itu, karena Rasulullah SAW pernah bersabda:       
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi maka ia telah benar- benar melihatku, karena sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.” (HR Bukhari, Muslim, Turmudzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)      
Kebaikan apa yang bisa diharapkan oleh wanita yang tidak beragama, atau suami yang tidak memerintahkan isteri, anak dan saudara-saudaranya untuk mengerjakan salat?!  Isteri yang tidak mengerjakan salat dilaknat, dan tidak mendapatkan rahmat. Jika isteri tidak patuh kepada suami, maka hendaknya sang suami meninggalkannya, karena sesungguhnya ia adalah musuh Allah dan rasul-Nya.  Wali wanita itu hendaknya membantu suaminya, jika tidak, maka ia pun akan masuk neraka, mendapat murka Allah, dan siksa yang pedih.  Oleh karena itu, saudara-saudaraku rahimakumullah, saling tolong-menolonglah dalam berbuat taat kepada Allah sehingga kalian dapat berbahagia, sukses dan selamat dari siksa-Nya.  Jangan kalian menganggap enteng masalah ini!  Demi Allah, hanya orang yang tidak mendapat kebaikan agama dan pantas memperoleh siksa sajalah orang-orang yang meremehkan masalah ini.  Allah SWT berfirman:       
“Dan tetaplah atas mereka keputusan siksa atas umat-umat terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (QS Fushilat, 41:25)          
Saudara-saudaraku, rahimakumullah, ketahuilah bahwa, karena pahala salat sangat besar, dan siksa bagi orang yang meninggalkannya amat pedih, maka nafsu merasa berat untuk mengerjakannya.  Allah berfirman:      
“Dan jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu.  Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.  (QS Al-Baqarah, 2:45)       
Allah juga telah berfirman kepada Nabi-Nya SAW:     
“Perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”  
(QS Thaaha, 20:132)          
Dalam salat terdapat unsur taklif ubudiyah (paksaan ibadah) untuk memenuhi haq rububiyyah (hak-hak ketuhanan).  Setiap orang hendaknya mengerjakan salat sesuai kemampuannya.       
Tingkat kesabaran orang awam adalah terletak pada kesediaannya untuk bersuci dan melaksanakan salat pada waktunya.  Perbuatan ini menjanjikan pahala yang besar dan kebaikan yang amat banyak.            
Rasulullah SAW ketika ditanya mengenai amal yang paling utama, beliau menjawab: “Salat pada waktunya.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)         
Sedangkan tingkat kesabaran orang khusus (khawash) adalah terletak pada pelaksanaan sunah-sunah salat dan usaha untuk memelihara hati agar tidak lalai sewaktu salat.       
Saudara-saudaraku, rahimakumullah, kerjakanlah salat di mesjid; biasakanlah salat berjamaah!  Hakim dalam kitab Al-Mustadrak meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW menyebutkan tiga orang yang dilaknat Allah, satu diantaranya adalah orang yang diseru oleh muadzin: Mari kerjakan salat,  namun ia tidak menjawab.      
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud RA berkata:
“Orang yang ingin bertemu dengan Allah sebagai muslim kelak di hari kiamat, hendaknya ia memelihara salat lima waktu ketika diseru untuk menunaikannya.  Karena, sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada nabi-Nya jalan-jalan petunjuk dan salat adalah salah satunya.  Andaikata kalian mengerjakan salat di rumah, sebagaimana kebiasaan orang yang meninggalkan salat berjamaah, berarti kalian meninggalkan sunah nabi kalian, dan jika kalian meninggalkan sunah nabi kalian, kalian akan tersesat.  (Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:  Maka kamu pasti akan kufur)  Dahulu, di masa nabi, tidak ada yang meninggalkan salat berjamaah kecuali orang munafik yang telah dikenal kemunafikannya.  Adakalanya seorang lelaki pergi ke mesjid dengan di papah oleh dua orang agar dapat mengerjakan salat.”  (Diriwayatkan Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Nasai dan Darimi)
Imam Ahmad dan Thabrani meriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud berkata:   
“Adalah perangai yang sangat buruk, kufur dan nifak bagi orang yang mendengar seruan untuk salat, namun tidak menjawabnya.”         
Thabrani juga meriwayatkan bahwa Ibnu Mas‘ud berkata: “Cukup sebagai (tanda) kemalangan dan kegagalan seorang mukmin, jika ia mendengar muadzin menyerukan panggilan untuk salat (tastwib: assholaatu khoirum minannaum), namun ia tidak menjawabnya.”    
Abu Dawud meriwayatkan bahwa Ibnu Maktum menemui Nabi SAW.      
“Ya Rasulullah, sesungguhnya di kota Madinah banyak binatang buas, sedangkan aku buta, rumahku jauh, dan aku tidak memiliki seseorang yang dapat menuntunku, bolehkah aku salat di rumah?”      
“Apakah kamu mendengar suara Adzan?” tanya Rasulullah SAW. “Ya.”  
“Penuhilah panggilannya, aku tidak melihat adanya keringanan bagimu.”           
Dalam tafsir firman Allah SWT: “Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) di seru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera. 
(QS Al- Qalam, 68:43)        
Ka’bul Akhbar berkata, “Demi Allah, ayat ini turun untuk orang-orang yang meninggalkan salat berjamaah.”  
Ibnu Abbas RA pernah ditanya tentang orang yang berpuasa di siang hari dan ibadah di malam hari, namun tidak mengerjakan salat berjamaah, dan tidak pula mengerjakan salat Jumat, maka beliau menjawab, “Jika meninggal, ia akan masuk neraka.  Adakah ancaman yang lebih keras daripada ancaman bagi orang yang meninggalkan salat berjamaah tanpa udzur?”
Rasululah bersabda:          “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke mesjid di kegelapan malam bahwa mereka akan mendapat cahaya sempurna di hari kiamat kelak.”  (HR Turmudzi dan Abu Dawud)    
“Tidak ada salat bagi tetangga mesjid, kecuali di mesjid.” (HR Daruquthni)           
“Salat jamaah 27 derajat lebih utama daripada salat sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim) 
“Aku ingin menyuruh seseorang menjadi imam, kemudian aku pergi mendatangi orang-orang yang meninggalkan salat jamaah.  Lalu Kuperintahkan mereka (para sahabat) untuk membakar rumah mereka berikut penghuninya dengan seikat kayu.”
(HR Bukhari, Muslim dan Turmudzi)      
Sebagian imam-imam madzhab bahkan mengatakan bahwa salat berjamaah hukumnya fardhu ain11.  Banyak hadis dan akhbar yang menjelaskan keutamaan salat berjamaah.  Andaikan salat berjamaah tidak memiliki keutamaan selain: “satu langkah orang yang berjalan menuju mesjid untuk mengerjakan salat berjamaah di catat sebagai kebaikan dan langkah yang lain sebagai penghapus kesalahan”, maka itu pun telah mencukupi.   
Dari Abu Hurairah RA:      
“Barang siapa berwudhu dengan baik, kemudian dengan sengaja pergi ke mesjid, maka ia (dihitung) dalam keadaan salat selama ia sengaja menuju mesjid.  Dan satu langkahnya dicatat sebagai kebaikan dan langkahnya yang lain sebagai penghapus dosa (kejahatan).”    
Hatim Al-Ashom berkata, “Pernah aku tertinggal salat berjamaah sekali, saat itu hanya Abu Ishak Al-Bukhari yang ber-takziah (berbela sungkawa) kepadaku, padahal ketika anakku wafat, lebih dari 10 ribu orang men-takziah-iku.  Semua ini karena masyarakat menganggap musibah yang menimpa agama lebih ringan dibanding musibah duniawi.         
Rasulullah SAW bersabda:          
“Barang siapa salat berjamaah selama 40 hari tanpa tertinggal takbiratul ihram (imam), Allah akan mencatat baginya dua keselamatan: selamat dari kemunafikan dan selamat dari api neraka.” (HR Ibnul Mubarak dari hadis Dhamrah bin Habib)           
Rasulullah juga bersabda:           
“Barang siapa mengerjakan satu salat, ia telah memenuhi nahr12nya dengan ibadah.”    
Diriwayatkan bahwa ketika Maimun bin Mihran datang ke mesjid dan diberitahu bahwa jamaah telah selesai mengerjakan salat, ia berkata dengan penuh penyesalan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un, sesungguhnya keutamaan salat berjamaah ini lebih kucintai daripada menjadi penguasa Iraq.”
Disebutkan bahwa kelak di hari kiamat ada sekelompok manusia yang dikumpulkan dengan wajah seperti bintang, para malaikat bertanya, “Apakah  amal kalian?”      
“Dahulu, bila mendengar Adzan, kami segera bersuci.  Tidak ada yang menyibukkan kami selain itu,” jawab mereka.         
“Kalian pantas memperoleh karunia ini, masuklah ke dalam surga sesuai amal kalian.”           
Kemudian dikumpulkan sekelompok manusia dengan wajah seperti bulan, para malaikat bertanya, “Apakah sesungguhnya amal kalian?”  
“Dahulu, sebelum masuk waktu salat, kami telah berwudhu.”         
“Kalian pantas memperoleh karunia ini, masuklah ke dalam surga sesuai amal kalian.”           
Kemudian dikumpulkan pula sekelompok orang dengan wajah seperti matahari.          
“Apakah gerangan amal kalian?” tanya malaikat.        
“Dahulu, ketika adzan diserukan, kami sudah berada di mesjid.”    
“Kalian memiliki kedudukan paling tinggi dan paras paling elok.  Masuklah ke dalam surga sesuai amal kalian!”            
Hadis-hadis yang menjelaskan keutamaan salat berjamaah tak terhitung jumlahnya.  Oleh karena itu, saudara-saudaraku, rahimakumullaah, kumpulkan semangat kalian untuk melakukan salat berjamaah.  Mintalah kepada Allah agar kalian tidak termasuk orang yang mengabaikan dan meremehkannya.  Bersegeralah dan biasakanlah salat berjamaah, karena sesungguhnya salat berjamaah adalah laba dari orang-orang yang beruntung dalam perdagangan, keberhasilan dari orang-orang yang bertakwa dan berusaha keras, kegemaran orang-orang yang zuhud dan saleh, kebiasaan orang-orang yang berbahagia dan memperoleh hidayah, kesenangan para pencinta (muhibbin) yang terpilih, tujuan para penghulu kaum arifin, dan tujuan para ulama yang mengamalkan ilmunya.  Mereka tidak mempedulikan segala sesuatu yang dapat memalingkan perhatian mereka dari keutamaan itu.  Hati mereka selalu memendam kerinduan pada salat berjamaah, dan menyesal jika sampai tertinggal.  Jika kesempatan untuk salat berjamaah terlewatkan, mereka diberi ucapan bela sungkawa sebagaimana orang yang tertimpa musibah.  Mereka sangat sedih seperti pecinta yang dipisahkan dari kekasihnya.  Hal-hal seperti ini sungguh asing di zaman ini.  Lambang-lambang agama telah hilang, kefasikan dan maksiat merajalela.  Kebohongan merebak kemana-mana. 
Sehingga orang yang santun (halim) pun menjadi bingung.   
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera mengerjakan ketaatan, dan melazimkan diri untuk salat berjamaah.  Sebab, salat adalah keuntungan yang tak ternilai, dan merupakan peringkat kesuksesan yang paling tinggi.
Kitab ini kuhadiahkan karena cinta dan kasih sayangku kepada kalian.  Jika kalian patuh dan mengamalkan isinya, kalian akan bahagia dan sukses.  Namun, jika kalian menolak dan berpaling darinya, maka aku telah menyampaikan berbagai ancaman, dan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besarlah yang akan menghakiminya.  Aku selalu berprasangka baik kepada Allah.  Kemurahan-Nya sangat luas bagi orang yang menaruh harapan.

Ya Allah,
selamatkanlah kami dari semua hal yang menghinakan
tunjukkanlah kepada kami semua kebajikan,
lipat gandakanlah bagi kami berbagai kebaikan
ampunilah kami dari dosa dan kesalahan
bahagiakan kami semasa hidup dan setelah kematian,
wahai pemilik kebaikan, pengangkat kedudukan,
Tuhan bumi dan langit sekalian.
limpahkan sholawat dan salam kepada sayidina Muhammad, juga kepada keluarga dan para sahabat.

(B:66)

Catatan kaki:
1. Baqa adalah salah satu sifat wajib bagi Allah, yaitu maha kekal.
2. Qidam adalah salah satu sifat wajib bagi Allah, yang artinya tidak didahului oleh sesuatu pun.
3. Mahsyar = padang Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya manusia pada hari kiamat, sesudah dibangkitkan dari alam kubur.
4. Doa keluar kota.  Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa sesungguhnya dahulu Rasulullah SAW jika telah duduk di atas kendaraannya untuk melakukan perjalanan, beliau bertakbir tiga kali kemudian mengucapkan:
Maha Suci Tuhan Yang telahmenundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (QS Az-Zukhruf, 43:13-14)
Ya Allah, dalam perjalanan ini, kami meminta kebaikan, takwa, dan amal yang Engkau ridhoi.  Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami dan lipatlah jarak jauhnya.  Ya Allah, Engkau adalah Teman perjalanan dan Wakil keluarga.  Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari semua kesulitan dalam perjalanan, kesedihan akibat musibah dan tempat kembali yang buruk pada harta, keluarga dan anak.
5. Udzur = halangan atau rintangan yang menyebabkan seseorang diberi keringanan (rukhshah) dalam menunaikan kewajiban yang disyariatkan Allah SWT.
6. Misalnya puasa.  Orang yang lanjut usianya dan tidak kuat menunaikan puasa, dapat mengganti puasanya dengan mengeluarkan fidyah.
7. Dari Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengakui tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat dan menunaikan zakat.  Jika mereka telah melakukan semua itu maka mereka telah terlindung darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak islam.  Dan perhitungannya terserah Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)
8. Muwakalah adalah kegiatan untuk mewakili seseorang (atau wali) dalam suatu pernikahan.
9. Munakahah adalah kegiatan untuk menikahkan seseorang.
10. Satu hasta = + 18 inci = + 45.72 cm.
11. Fardhu ain = kewajiban individu.
12. Nahr = tenggorokan, sebelah atas dada.

Sejarah perang salib yang tidak di ketahui islam


Sejarah Perang Salib yang tidak diketahui IslamBenturan dan bentrokan antara Islam dengan agama-agama dan peradaban lain di seluruh penjuru dunia.


Perang Salib itu sejarahnya cukup panjang luas dan rumit. However, karena topik ini tampaknya tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indo ataupun Kristen (dan muslim) pada umumnya. Aku akan terjemahkan artikel dari James Akin tentang Perang Salib yang bisa ditemukan disini

Seperti yang telah diketahui, Perang Salib terderi dari 8 ekspedisi ke Timur yang terjadi selama dua abad, dari 1095 sampai 1270. Sejak itu, istilah "crusade," yang arti sebenarnya adalah Perang Salib, di pakai untuk berbagai macam situasi seperti perang-perang lain (terutama yang berkaitan dengan agama) ataupun hal hal lain yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama.. Disini kita akan memfokuskan diri atas 8 Perang Salib dalam tradisi.

Latar Belakang
Untuk mengerti Perang Salib kita perlu menilai peristiwa yang menyebabkannya. Sejak legalisasi Kristianitas di awal tahun 300, Kristen Eropa mulai melakukan ziarah ke Palestina untuk mengunjungi situs kudus yang berhubungan dengan hidup Tuhan kita. Ziarah ini adalah bentuk kesalehan yang besar karena pada jaman tersebut perjalanan ke Tanah Suci adalah sulit, memakan waktu lama, mahal dan berbahaya. Beberapa ziarah membutuhkan bertahun-tahun untuk selesai.

Jemaat Kristen juga pergi ke Syria, Palestina dan Mesir untuk hidup seperti pertapa. Ini adalah jaman dimana kehidupan membiara berbuah banyak, dan banyak jemaat Kristen yang ingin pergi ke Tanah Kudus untuk hidup sebagai pertapa. Mereka juga mengalami kesulitan-kesulitan dalam perjalanan mereka. Bagi para peziarah dan mereka yang ingin menjadi pertapa ada satu faktior yang membikin mudah perjalanan: Jalan menuju Palestina membentang melalui wilayah Kristen.

Pada tahun 612, Mohammad orang Arab, anak dari Abdallah, dilaporkan menerima panggilan kenabian dari Allah melalui malaikat Gabriel. Pada awalnya dia mendapatkan beberapa pengikut. Namun, setelah diusir dari tempat kelahirannya, yaitu Mekah, dia berlindung di Kota Medina dimana saat itu pengikutnya bertambah. Mengibarkan kampanye militer, Mohammad menaklukkan beberapa suku kafir, Yahudi dan Kristen dan dia juga berhasil mengambil alih tempat kelahirannya, Mekkah, dan juga Arabia. Dia meninggal pada tahun 632.

Seiring dengan matinya Muhammad, penerus Muhammad, para kalifah, meneruskan kampanye ekspansi yang agresif. Kurang dari satu abad mereka telah mengambil alih, antara lain, Siria, Palestina dan Afrika Utara. Meskipun sekarang kita menganggap daerah tersebut adalah daerah Muslim, pada waktu itu daerah daerah tersebut adalah Kristen. Dikatakan bahwa kerajaan Muslim yang berekspansi telah mencaplok setengah dari peradaban Kristen. Bahkan Eropa sendiri terancam. Muslem mengambil alih Spanyol Selatan, meng-invasi Prancis dan bahkan mengancam untuk meng-invasi Roma. Namun ekspansi mereka ditaklukkan oleh Charles Mantel pada pertempuran Poiters di 732.

Saat itu adalah masa-masa sulit

Setelah ekspansi Muslim di Eropa Barat telah tertahan untuk beberapa saat, perhatian mereka teralih ke tempat lain, dan dalam dua abad selanjutnya mereka menaklukkan Persia (Iran), Afghanistan, Pakistan dan sebagian India. Mereka lalu maju melawan negara Kristen dan menaklukkan Kekaisaran Byzantine pada 1453 dan berekspansi sampai Vienna, Austria pada 1683.

Perang Salib terjadi di pertengahan peperangan ini. Persiapan secepatnya dilakukan pada abad 11 dengan meningkatnya ketegangan antara Kristen dan Muslim di Tanah Kudus.

Palestina telah berada dalam kendali Muslim selama beberapa waktu, meskipun itu didapat dengan persetujuan (walaupun enggan) oleh pihak Kristen yang hidup di Palestina. Namun, pada 1009, Kalifah Fatimite dari Mesir memerintahkan penghancuran Kuburan Kristus di Yerusalem, yang merupakan tujuan utama peziarah Kristen. Kubur ini kemudian dibangun kembali.

Meningkatnya bahaya bagi jemaat Kristen dalam melakukan ziarah ke Tanah Kudus hanya menambah antusiasme untuk melakukan perjalanan tersebut, karena sekarang ziarah menjadi tindakan kesalehan yang lebih besar. Selama abad ke 11, ribuan jemaat Kristen mengarungi dengan berani, sering dikawal oleh pengawal-pengawal Kristen yang kadang kadang mengawal dua belas ribu peziarah dalam waktu yang sama.

Bangsa Turki Seljug yang telah menganut Islam pada abad ke 10, mulai menaklukkan bagian-bagian dunia Muslim> Dan ini membuat ziarah semakin berbahaya, kalaupun tidak mungkin. Kaum Seljug mengambil alih Yerusalem pada 1070 dan mulai mengancam Kekaisaran Byzantine. Kaisar Byzantine, Romanus IV Diogenes ditangkap oleh kaum Seljuq pada perang Manzikert di 1071. Penerusnya, Michael VII Ducas, meminta bantuan Paus Gregory VII, yang juga berpikiran untuk memimpin ekspedisi militer untuk memukul balik bangsa Turki tersebut. memperbaiki Kuburan Kristus, dan mengembalikan keutuhan Kristen setelah perpecahan de facto Kristen Timur pada 1054. Namun "Konflik Pengangkatan" (ini ceritanya panjang dan akan diceritakan lain kali) menambah beban untuk pelaksanaan rencana ini.

Kaum Seljug terus berekspansi, pada 1084 menaklukkan kota Antioka dan pada 1092 kota Nicea, dimana dua konsili ekumenis diadakan berabad-abad sebelumnya. Pada 1090, Tahta Gembala metropolitan historis di Asia sudah berada di tangan Muslim, yang pada saat itu sudah sangat dekat dengan ibukota Byzantine di Konstantinopel. Sang Kaisar, Alexius I Comnenus, meminta Paus Urban II bantuan.


Perang Salib pertama (1095-1101)

Tidak seperti Gregory VII, Paus Urban II berada dalam posisi untuk menjawab permintaan Timur. Pada November 1095, dia memanggil Konsili Clermont di Prancis Selatan dimana dia meminta dengan sangat pada hadirin -yang terdiri dari bukan hanya Uskup dan Kepala Biara, tapi juga kaum bangsawan, ksatria dan rakyat sipil- untuk memberikan bantuan kepada Kekristenan Timur.

Telah terjadi banyak peperangan antar sesama Bangsa Eropa dan pada pertemuan yang diadakan di tempat terbuka tersebut, Paus mendorong mereka untuk berdamai satu sama lain dan memusatkan kekuatan militer mereka untuk tujuan yang konstruktif -membela Kekristenan dari aggresi Muslim, membantu Kristen Timur, dan mengambil alih kembali Kubur Kristus. Dia juga menekankan perlunya pertobatan dan motif spiritual dalam melakukan kampanye ini, menawarkan indulgensi total bagi mereka yang berkaul untuk melakukan tugas ini. Jawaban dari para hadirin sangat antusias, para hadirin berteriak "Deus Vult!" (Tuhan menghendakinya!)

Dalam Kosnili Clermont juga ditetapkan bahwa mereka yang pergi untuk melaksanakan tugas akan memakai Salib Merah (Latin:Crux). yang kemudian membuat kampanye ini disebut Perang Salib.

Persiapan dimulai di seluruh Eropa. Kebanyakan tidak terorganisasi ataupun tidak mempunyai semangat seperti yang didengungkan Paus. Beberapa prajurit begitu kurang persiapan sehingga mereka menjarah untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa orang German membantai orang Yahudi. Beberapa tidak pernah sampai di Konstantinopel. Beberapa anggota dari "People's crusade" yang tidak terorganisasi dan begitu tidak disiplin dan dikirim oleh Kaisar pada Agustus 1096 menuju ke Bosphorus, lebih dulu dari pasukan utama Perang Salib, mereka dibantai oleh tentara Turki.

Prajurit Salib utama terdiri dari empat pasukan yang berasal dari Perancis, German dan Normandia, dibawah pimpinan Godfrey dari Boullion, Bohemond dan Tancred (keduanya orang Normandia), Raymond dari Saint-Giles, dan Robert dari Flanders. Namun, Kaisar Byzantin Alexius tidak ingin tentara yang begitu banyak berada di Konstantinopel dan kemudian dikirimnya mereka ke Asia Minor sesuai dengan urutan kedatangan mereka. Sang Kaisar juga mensyaratkan agar kepala Pasukan bersumpah bahwa mereka akan mengembalikan tanah yang mereka rebut dari pihak Muslim yang dulunya adalah daerah Byzantine.

Pada Juni 1097, Nicea diambil alih oleh Byzantine dan para Prajurit Salib. Bulan berikutnya Prajurit Salib dan Byzantine mendapatkan kemenangan besar melawan Turki ketika mereka diserang di Dorylaeum. Kemajuan lebih lanjut cukup sulit dan nampaknya beberapa orang menjadi putus semangat. Salah satunya adalah Alexius, yang berjanji untuk membantu kota Antioka yang terkepung. Ketika sang Kaisar berhenti untuk berusaha, para Prajurit Salib merasa bahwa kewajiban untuk menyerahkan Dorylaeum kembali ke Kaisar, telah hilang karena sang Kaisar sendiri tidak mampu mempertahankannya (Alexus telah hilang semangat). Karena itu, saat Dorylaeum diambil alih pada Juni 1099, kota tersebut jatuh ke tangan orang Normandia.

Bulan berikutnya Fatimid Muslim dari Mesir mengambil alih kembali Yerusalem dari kaum Seljug Turky, jadi para Prajurit Salib melakukan serangan bukan kepada bangsa Turky. Ini terjadi pada 1099. Selama sebulan para Prajurit Salib, yang telah berkurang separuh dari kekuatan awal, mendirikan kemah disekeliling Yerusalem sementara Gubernur Fatimid menunggu bantuan tentara dari Mesir. Disisi lain Prajurit Salib mendapatkan persediaan makanan dan kebutuhan dari pelabuhan Jaffa dan memulai gerkan mereka.

Pada 8 Juli Prajurit Salib berpuasa dan berjalan dengan telanjang kaki mengelilingi kota menuju ke Gunung Zaitun (tempat Yesus mengalami Sakral Maut), dan pada tanggal 13, mereka mengepung tembok kota. Pada tanggal 15, beberapa prajurit berhasil melewati tembok dan membuka salah satu gerbang kota yang membuat pasukan utama mampu menyerbu kedalam. Di Menara Daud, Gubernur Fatimid menyerah dan diantar keluar dari kota. Dari dalam Mesjid Al-Agsa dekat Bukit Kuil (Temple Mount), Tacred, salah satu pimpinan Prajurit Salib, menjanjikan perlindungan bagi warga Muslim dan Yahudi di kota tersebut. Sayangnya, meskipun ada upaya tersebut, pembantaian tetap terjadi.

Bulan selanjutnya Prajurit Salib mengejutkan dan memukul balik pasukan bantuan dari Mesir yang dinanti-nanti Gubernur Fatimid. Prajurit Salib mengkokohkan kendali warga Kristen di Yerusalem, meskipun banyak kota pelabuhan masih berada dalam kendali Muslim. Kebanyakan Prajurit Salib kemudian pergi kembali ke rumah setelah merasa bahwa tujuan dan kaul mereka telah tercapai.

Sebagai hasil dari Perang Salib pertama, telah terbentuk empat negara bagian Kristen dari wilayah yang telah direbut Prajurit Salib: Kerajaan Jerusalem terdahulu, Principality Antioka (Prinsipality = daerah yang dikuasai pangeran/prince), Countship Edessa (Countship = daerah dalam kekuasaan Count. Count = semacam bangsawan) dan Countship Tripoli. Negara-negara bagian ini, yang menggunakan sistem feodal dalam konteks yang terlepas dari permusuhan lokal seperti yang terjadi di Eropa, telah disebut-sebut sebagai model administrasi Medieval. Namun, hubungan antara negara bagian, kekaisaran Byzantine dan daerah Muslim disekitarnya sering rumit.

Untuk mempertahankan negara-negara bagian baru ini, sebuah pasukan baru terbentuk –ordo-ordo Ksatria, seperti Hospitaleer oleh St John dari Yerusalem dan Templars. Ini adalah kelompok ksatria yang berkaul religius dan melakukan aturan-aturan religious.

Untuk suatu saat negara-negara bagian akibat Perang Salib berkembang. Seiring dengan waktu, negara-negara bagian tersebut membesar meliputi kota-kota pelabuhan yang ditinggal dan tidak diakui oleh siapapun sebagai daerah kekuasaan. Meskipun begitu, negara-negara bagian tersebut masih lemah. Pada 1144 negara bagian utara Edessa ditawan oleh Pasukan Muslim.

Untuk suatu saat negara-negara bagian akibat Perang Salib berkembang. Seiring dengan waktu, negara-negara bagian tersebut membesar meliputi kota-kota pelabuhan yang ditinggal dan tidak diakui oleh siapapun sebagai daerah kekuasaan. Meskipun begitu, negara-negara bagian tersebut masih lemah. Pada 1144 negara bagian utara Edessa ditawan oleh Pasukan Muslim.

Perang Salib Kedua (1146-1148)
Sebagai respon, Paus Eugenus III memanggil Perang Salib baru, yang diserukan di Prancis dan Jerman oleh St. Bernard dari Clairvux. Raja Perancis, Louis VIII, dan istrinya, Eleanor dari Aquitaine, segera merespon, meskipun Kaisar Jerman, Conrad III, harus dibujuk. Kaisar Byzantine saat itu, Manuel Comnenus, juga mendukung Perang Salib, meskipun dia tidak menyumbangkan pasukannya.

Meskipun pada suatu waktu Perang Salib ini melibatkan pasukan terbesar, Perang Salib kedua ini tidak diikuti oleh antusiasme seperti antusiasme pada Perang Salib yang pertama, karena pada saat itu Yerusalem masih dikuasai Kristen. Jalannya kampanye kedua ini juga dipenuhi kepentengan-kepentingan dari pihak yang terlibat, yang kesemuanya menghambat kemajuan. Kesulitan perjalananjuga semakin menambah kesulitan. Ketika tidak mampu untuk sampai ke Edessa, para Prajurit Salib berkonsentrasi untuk mengambil alih Damaskus. Tapi konlik intern membuat mereka mengundurkan diri.

Kegagalan dari Perang Salib kedua begitu mematahkan semangat, dan banyak di Eropa merasa bahwa Kekaisaran Byzantine merupakan halangan dalam mencapai kesuksesan. Kegagalan ini juga merupakan tiupan moral yang kuat bagi Pasukan Muslim yang telah berhasil secara sebagian mengurangi kekalahan mereka di Perang Salib pertama

Posisi dari negara bagian para Prajurit Salib saat itu lemah, dan di tahun tahun selanjutnya mereka dikelilingi oleh kekuatan Muslim yang telah berkonsolidasi yang diikuti oleh hancurnya Kalifah Fatimid di Mesir.

Meskipun saat itu ada gencatan senjata dengan Komandan Muslim, Saladin, gencatan tersebut pecah pada 1887. Pada saat krisis suksesi di kerajaan Yerusalem, sebuah karavan Muslim diserang, dan Saladin me-respon dengan menyatakan Jihad.

Pasukan Latin mengalami kekalahan yang memalukan pada Tanduk Hattin (Sebuah formasi geologis yang menyerupai dua tanduk di perbukitan), dan Saladin kemudian meneruskan dan mengambil alih Tiberias dan kota pelabuhan Acre sebelum menyerang Yerusalem, yang jatuh pada 2 Oktober. Pada 1189, hanya ada beberapa negara bagian yang masih dikuasai kaum Kristen.

Perang Salib Ketiga (1188-92)
Seiring dengan jatuhnya Yerusalem, Paus Gregory VIII menyerukan Perang Salib ketiga. Sayang waktunya bersamaan dengan matinya raja-raja yang pertama kali menjawab panggilan.

Raja pertama yang menjawab seruan tersebut adalah William II dari Sisilia. Dia mengirimkan armada ke Timur tapi kemudian mati pada 1189. Henry II dari Inggris setuju untuk berpartisipasi, tapi juga mati di tahun yang sama. Kaisar Jerman, Frederick Barbarossa, yang telah ber-rekonsiliasi dengan Gereja (setelah sebelumnya sempat di ekskomunikasi), berpartisipasi dengan memimpin tentara yang besar yang mengalahkan Pasukan Seljug pada 1190. Tapi bulan berikutnya, Kaisar yang sudah lanjut ini mati tenggelam saat dia berusaha berenang untuk mengintai.

Dua raja yang akhirnya memimpin Perang Salib ini adalah Richard I ("Si Hati Singa, Lion-Hearted) yang gagah tapi falmboyan, keturunan Henry II dan penerusnya. Dan RajaPhilip II Agustus dari Prancis.

Dalam perjalanan ke Tanah Kudus, Richard I berhenti di Cyprus dan saat itu dia diserang oleh Pangeran Byzantine Isaac Comnenus. Ricahrd I kemudian mengalahkan sang Pangeran dan mengambil alih pulau tersebut sebelum berlayar ke kota pelabuhan Acre yang diserang oleh Prajurit Salib.

Denagn datangnya bala bantuan, kota pelabuhan Acre akhirnya bisa direbut dan pasukan Muslim akhirnya menyerah. Philip II kemudian merasa kaul Perang Salibnya terpenuhi dan kembali ke Prancis

Saladin kemudian setuju untuk menukarkan tawanan dengan relikui dari Salib yang asli. Persetujuan ini kemudian pecah ketika Richard memasalahkan pemilihan tawanan yang akan dikembalikan dan kemudian memerintahkan untuk menghukum mati tawanan Muslim dan keluarganya.

Richard berkehendak untuk menekan ke Yerusalem dan berhasil mendapatkan beberapa kota, termasuk Jaffa, tapi pada akhirnya tidak mampu mencapai Kota Suci. Hubungannya dengan Saladin akrab. Keduanya sepertinya saling menghormati. Pada akhir 1192 keduanya menandatangani perjanjian damai 5 tahun yang mengijinkan Umat Kristen memiliki akses ke temapt kudus. Daerah kekuasaan Kristen di Tanah Kudus saat itu telah berkurang menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang terdiri dari kota pelabuhan besar.

Perang Salib Keempat(1204)
Perang Salib keempat adalah bencana yang tidak terhindarkan. Perang Salib keempat adalah episode yang hanya menyebabkan kerusakan internal dalam Kekristenan.


Pada 1198 Paus Innocent III mengajukan Perang Salib keempat. Seperti biasa, Prancis menjawab seruan tersebut. Target baru saat itu adalah Mesir, wilayah yang dulunya Kristen namun sekarang menjadi kekuatan Muslim.

Prajurit Salib berpaling ke bangsa Venetia untuk transportasi, tapi ketika dana yang dikumpulkan tidak cukup, warga Venetian menyarankan agar mereka menyerang dan menangkap Zara, kota Hungaria yang Kristen. Banyak yang menolak dengan keras, termasuk Paus. Tapi perintah Paus diabaikan dan Prajurit Salib mengambil alih Zara atas permintaan warga Venetia.


Masalah berubah dari buruk menjadi lebih buruk ketika Alexius, anak dari bekas Kaisar Byzantin Isaac Angelus, meminta bantuan Prajurit Salib untuk mengembalikan tahta ayahnya. Dengan menjanjikan hadiah, Alexius meyakinkan para Prajurit Salib untuk mencoba melakukannya. Surat Paus yang melarang ekspedisi tersebut datang lambat dan Prajurit Salib telah mengambil Konstantinopel, mengembalikan tahta Isaac sebakai Kaisar dan menyatakan anaknya sebagai Kaisar-bersama (Co-emperor)

Paus Innocent III memperingatkan dengan keras para pemimpin dan memerintahkan mereka untuk terus menuju Tanah Kudus, tapi hanya beberapa yang melakukannya. Kebanyakan menunggu hadiah yang dijanjikan Alexius.

Pihak byzantin yang kurang suka terhadap janji Alexius trhadap Prajurit Salib kemudian membunuh Alexius yang kemudian diikuti oleh pengambil alihan Byzantin dan kekaisarannya oleh Prajurit Salib dan pihak Venetia, Konstantinopel kemudian jatuh ke tangan mereka pada 13 April 1204 yang membuat dimulainya penjarahan dan pembunuhan. Kemudian Kaisar Latin untuk Konstantinopel diangkat oleh sebuah konsili yang terdiri dari Prajurit Salib dan warga Venetia. Pemerintahan Byzantin kemudian di re-lokasikan ke Nicaea dan memerintah hanya sebagain dari daerah sebelumnya sampai 1261 saat Konstantinopel di taklukkan oleh Michael VIII Paleologous.

Perang Salib ini adalah perjalanan bodoh. Tidak hanya tidak sempat untuk berhadapan dengan pasukan Muslim yang menguasai Tanah Kudus, peristiwa ini lebih memisahkan Kekristenan Barat dan Timur disamping merusak secara permanen Kekaisaran Byzantine yang berfungsi sebagai pembatas antara agresi Muslim dengan jantung daerah Kristen.

Di tahun-tahun setelah Perang Salib Keempat, ada beberapa Perang Salib kecil (perang dimana pesertanya bersumpah) dengan penganut bidat (ajaran sesat) dan lainnya. salah satu yang menjadi fokus adalah "Prajurit Salib anak-anak" (1212) dimana ribuan anak diberangkatkan untuk menaklukkan Muslim dengan cinta dan bukan dengan senjata. Seorang anak dari Prancis yang punya visi ini memimpin satu bagian gerakan, sementara satu anak dari Jerman memimpin yang lain. Kebanyakan anak sampai ke Italy. Namun gerakan ini tidak pernah sampai ke Tanah Kudus dan kebanyakan anak mati lapar atau atau mati ellah atau dijual orang jahat dari Italy sebagai budak Muslim. Meskipun begitu gerekan ini menimbulkan simpati yang mengarah ke Perang Salib Kelima.

Perang Salib Kelima (1217-1221)
Ini adalah Perang Salib terakhir dimana Gereja berperan Perang salib ini diserukan oleh Paus yang menyerukan Perang Salib sebelumnya, Innocent III, dan juga oleh Konsili Ekumenis ke 12, Lateran !V. Dan sepeerti upaya sebelumnya, target dari perang Salib ini bukanlah Palestina tapi Mesir, basis dari kekuatan Muslim, yang diharapkan oleh para Prajurit Salib untuk dijadikan bahan tawaran untuk pembebasan Yerusalem.

Tidak seperti Perang Salib sebelumnya (Keempat) yang menjadi tidak terkendali ditangan awam, upaya kali ini diletakkan dalam otoritas wakil kepausan, Cardinal Pelagius. Dia mempunyai pengetahuan militer dan secara rutin berperan dalam keputusan militer.

Usaha kali ini mengalami kesuksesan awal, dan Pasukan Muslim yang terkejut menawarkan syarat damai yang sangat menguntungkan, termasuk pengembalian Yerusalem. Tapi, Prajurit Salib, dianjurkan oleh Kardinal Pelagius, menolak ini. Sebuah blunder militer mengakibatkan Prajurit Salib kehilangan Damietta yang mereka dapat di awal kampanya ini. Pada 1221, Pasukan Kristen menerima perjanjian gencatan senjata dengan syarat yang jauh kurang menguntungkan dari yang pertama. Banyak yang menyalahkan Pelagius, beberapa menyalahkan Paus. Banyak juga yang menyalalahkan Kaisar German Frederick II yang tidak tampil di Perang Salib kali ini tapi yang akan tampil utama di Perang Salib berikutnya.

Perang Salib Keenam (1228-29)
Innocent III telah mengijinkan Frederick II untuk menunda partisipasinya di Perang Salib supaya dia bisa mengatasi masalah di Jerman. Penerus Innocent III, Gregory IX, kesal terhadap penundaan terus menerus Frederick memperingatkan Frederick untuk memenuhi kaulnya. Saat sang Kaisar menunda lagi dengan alasan sakit Paus langsung meng-ekskomunikasi dia. Saat Frederick akhirnya berangkat, dia berperang dalam kondisi ter-ekskomunikasi.

Situasi aneh ini mengawali suatu Perang Salib yang aneh. Sebagain karena ekskomunikasi dari Frederick sedikit orang yang mendukung dia sehingga dia tidak mampu menggalang kekuatan militer yang besar. KArena itu dia memakai diplomasi dan mengambil kesempatan atas terjadinya perpecahan didalam Muslim. Dia melakukan perjanjian dengan Sultan Al-Kamil dari Mesir pada 1229. Menurut perjanjian tersebut Yerusalem (Kecuali Kubah Batu dan Mesjid Al-Aqsa), Betlehem, Nazareth dan beberapa daerah tambahan, akan dikembalikan ke Kerajaan Yerusalem

Frederick II yang masih ter-ekskomunikasi, kemudian dimahkotai sebagai Raja Yerusalem di Gereja Kuburan Kristus dalam suatu upacara non-religius (Karena Yerusalem dilarang oleh Gereja untuk melakuakn upacara religious akibat status Frederick II yang masih ter-ekskomunikasi). Tahun selanjutnya Frederick II diterima kembali ke Gereja. Namun dia tidak mampu memerintah dengan sukses Kerajaan Yerusalem dari jauh karena baron lokal menolak untuk bekerja sama dengan wakil dia.

Tahun 1239 dan 1241 ada dua Perang Salib kecil yang dilakukan oleh Thibaud IV dari Champagne dan Roger dari Cornwall. Dua upaya si Syria dan melawan Ascalon tidak sukses.

Perang Salib Ketujuh (1249-52)
Inisiatif untuk Perang Salib ini diambil oleh Raja Louis IX dari Prancis. sekali lagi, strateginya adalah untuk menyerang Mesir dan dijadikan tawaran untuk Palestina. Prajurit Salib dengan cepat mampu mengambil alih Damietta tapi harus membayar mahal ketika mengambil alih Kairo. Serangan balasan Muslim berhasil menangkap Louis IX. Dia kemudian dibebaskan setelah setuju untuk mengembalikan Damietta dan membayar uang tebusan. Setelah itu Louis IX tetap di Timur beberapa tahun untuk bernegosiasi mengenai pelepasan tawanan dan mengkokohkan kekristenan di wilayah tersebut

Perang Salib Kedelapan (1270)
Perang Salib terakhir juag dipimpin oleh Louis IX. Di tahun-tahun kemudian, perubahan di dunia Muslim mengakibatkan munculnya sejumlah serangan baru ke wilayah Kristen di Tanah Kudus. Warga lokal meminta bantuan militer pada Barat, tapi cuma sedikit bangsa Eropa yang tertarik untuk melakukan kampanye besar. Satu orang yang sekali lagi mau memanggul beban adalah Louis IX. Namun kampanye yang dia lakukan kali ini mencapai kurang dari apa yang dicapai sebelumnya bagi Kerajaan Yerusalem.

Tidak diketahui mengapa, tapi Tunisia di Afrika Utara dijadikan saran awal. Setelah disana, wabah mengambil nyawa banyak orang, termasuk Louis yang saleh. Saudaranya, Charles Anjou, tiba dengan kapal-kapal Sisilia dan berhasil mengungsikan sisa tentara.

Meskipun ini adalah Perang Salib terakhir, ini bukanlah ekspidisi militer terakhir yang bisa disebut sebagai Perang Salib. Kampanya terus diserukan atas berbagai sasaran (bukan hanya Muslim) oleh Prajurit Salib-orang yang berkaul untuk melakukan perang.

Umat Kristen di Palestina ditinggalkan tanpa bantuan lebih lanjut. Meskipun mengalami kekalahan terus menerus, Kerajaan Yerusalem tetap bertahan sampai 1291, ketika akhirnya musnah. Umat Kristen masih tetap hidup di daerah tersebut bahkan setelah kejatuhan Kerajaan Yerusalem.

Penilaian
Banyak sekarang di dunia barat memandang Perang Salib adalah agressi yang tidak bisa dibenarkan terhadap pendudk damai di Timur dan Tanah Kudus. Namun, bahkan dengan sedikit pengetahuan atas abad yang lalu membuat pemikiran tersebut tidak bisa diyakini.

Ini bisa dilihat jelas, sebagai contoh, dengan memutar balik peran dari kekuatan yang bertikai. Jika Perang terjadi di tengah-tengah masa dimana Kristen mengambil alih SEPARUH dari wilayah yang secara historis merupakan milik Muslim. Maka orang tidak akan menyalahkan Muslim yang berusaha untuk mengambil kembali daerahnya yang diambil Kristen yang didaerah tersebut terdapat banyak saudara seiman. (Note: tentu saja yang terjadi adalah sebaliknya. Islamlah yang melakukan kampanye besar-besaran dan mencaplok daerah yang awalnya Kristen).

Sedikit yang akan berpikir bahwa Muslim seharusnya tetap diam ketika Kristen mengambil kontrol dan menghalangi akses Muslim di Kabah Mekah dan Kubah Batu dan Mesjid Al-Agsa di Yerusalem. Kita akan meng-ekspektasikan kalau Muslim akan menyerang balik dan mengambil kendali tempat Kudus mereka. (Note: sekali lagi ini adalah pembalikan/transposisi. Yang terjadi adalah Muslim menguasai situs Kudus Kristen dan menghalangi peziarah Kristen ke tempat Kudus yang sudah sejak dulu milik mereka).

Akal sehat mengajarkan pelajaran yang didapat dari Perang Salib, "Jangan menaklukkan setengah dari peradaban kelompok lain tanpa berpikir untuk menerima balasannya" dan "Jangan menyentuh situs kudus orang lain tanpa berpikir akan pembalasan"

Dan bukannya merasa malu terhadapa apa yang dilakukan Prajurit Salib. Umat Kristen kontemporer seharusnya BANGGA bahwa -terlepas dari pertikaian dari dalam mereka sendiri pada saat itu- umat Kristen jaman dulu akan melakukan apa yang dilakukan umat Muslim sendiri kalo mereka diposisikan (ditranspose) dalam posisi umat Kristen (Note: Maksudnya, baik Muslim maupun Kristen, kalo separuh peradabannya dijajah dan situs kudusnya dikuasai dan ditutup akses umum, maka mereka akan melawan. dan inilah yang terjapi kepada Kaum Kristen yang separo peradabannya dicaplok dan akses mereka ke tempat kudus dihalangi).

Kristensaat ini tentu saja harus mengutuk tindakan jahat yang dilakukan selama Perang Salib, seperti pembantaian warga Muslim dan Yahudi tak bersalah yang terjadi secara periodik, dan juga episode Perang Salib keempat yang menyedihkan. Meskipun begitu Perang Salib sendiri mempunyai dua tujuan pokok sebagai intinya: Pembelaan terhadap peradaban Kristen atas agresi dari luar (sehingga Perang Salib secara keseluruhan adalah perang bela diri) dan menjaga akses ke situs kudus tempat terjadinya peristiwa penting dalam sejarah Kekristenan (Kubur Kristus etc).

Juga akan sulit untuk menilai Perang Salib tanpa berpikir tentangnya dalam terang kejadian saat ini. Khususnya, orang akan berpikir apakah generasi Muslim masa depan akan melihat masa ini dan berpikir apakah tindakan kampanye terorisme Islam adalah seperti apa adanya? Apakah suatu serangan terhadap mereka yang tidak bersalah, warga sipil bisa dibenarkan? Apkah warga Muslim masa depan akan menganggap Jihad milenium baru sebagai "Perang Salib" yang tidak dibenarkan? dan apakah dunia Muslim akan melakukan introspeksi dan menganggap Perang Salib sebagai respon yang bisa terprediksi atas agresi Muslim jaman dulu?